Berburu Lailatul Qodar
Bulan Ramadhan tinggal menyisakan beberapa hari lagi dan telah masuk sepuluh hari terakhir. Sebagaimana diriwayatkan
Aisyah r.a: “Jika masuk sepuluh hari terakhir Rasulullah mengencangkan ikat pinggang,
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” Bulan Ramadhan sendiri terbagi
menjadi tiga: awalannya rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirannya pembebasan dari api neraka. Sering kita jumpai
masjid-masjid penuh dengan orang yang beriktikaf. Memang hal ini termasuk yang disunahkan ketika Ramadhan khususnya sepuluh hari terakhir.
Hal ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berdiam diri di masjid
dan mengharap mendapatkan Lailatul Qodar.
Dinamakan Lailatul Qodar karena turun takdir-takdir dari langit
ke bumi. Kita dapat merubah takdir tersebut dengan sebab doa. Allah menurunkan surat
al-Qadr di dalamnya menjelaskan beberapa keutamaan Lailatul Qadar. Adapun surat
ini turun berkenaan dengan pemuda dari bani Israil yang selalu beribadah pada malam
harinya hingga menjelang pagi dan berjihad pada siangnya sampai sore hari. Dan
hal ini ia lakukan selama seribu bulan. Maka Allah
menurunkan ayat:
لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ, beribadah di malamnya lebih baik dari pada amalan pemuda tadi.
Pada malam ini Allah juga menurunkan al-Quran secara keseluruhan dari Lauhul Mahfud ke Baitul Izzah di langit bumi, kemudian diturunkan kepada Rasulullah dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun. Beribadah di Lailatul
Qodar menyerupai ibadah seribu bulan. Dalam kitab Sahihain ditegaskan Rasulullah
bersabda: “Barang siapa yang bangun mendirikan
sholat pada Lailatul Qodar dengan penuh keimanan dan pengharapan akan pahala,
maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” Bumi menjadi sempit karena banyaknya
malaikat yang turun ke bumi untuk mengurusi segala urusan. Dan malaikat selalu
turun bersamaan dengan turunnya berkah. Lailatul Qodar juga penuh dengan kesejahateraan
dan syaitan-syaitan tidak dapat melakukan gangguan hingga terbit fajar. Urusan-urusan
ditetapkan begitu juga ajal dan rizki. Inilah beberapa keutamaan Lailatul Qodar.
Ada beberapa pendapat apakah Lailatul Qodar dikhususkan kepada umat Rasulullah atau juga terdapat pada umat-umat terdahulu. Abu
Mush’ab mengatakan:
Malik memberitahu kami bahwa Rasulullah pernah diperlihatkan umur-umur umat terdahulu,
seakan-akan umur umat beliau tidak bisa menyamai amalan umat terdahulu karena terlalu pendek. Maka Allah
memberinya Lailatul Qodar yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Adapun Al-khutabi
meriwayatkan dari ijma’ dan dinukil Ar-rifa’i bawasanya Lailatul Qodar juga terdapat
pada umat-umat terdahulu. Sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad,
Lailatul Qodar ini berada pada setiap bulan Ramadhan tepatnya sepuluh hari terakhir
dan terus ada hingga hari kiamat.
Banyak ulama yang menafsirkan Lailatul Qodar jatuh pada malam-malam
ganjil. Seperti malam kedua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh
tujuh atau malam kedua puluh Sembilan. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ubadah bin
Shamit bahwa dia pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai Lailatul Qodar, kemudian
Rasulullah bersabda: “Pada bulan Ramadhan carilah Lailatul Qodar pada sepuluh malam terakhir, karena ia ada
di malam ganjil: malam kedua puluh satu, atau kedua puluh tiga, atau kedua puluh
lima, atau kedua puluh tujuh, atau kedua puluh sembilan atau malam terakhir.”
Imam Bukhori juga meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah pernah bersabda:
“Carilah Lailatul Qodar pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, pada sembilan
hari tersisa, pada tujuh hari tersisa dan pada lima hari tersisa.” Sebagian ulama
membawanya pada malam-malam genap, seperti yang diriwayatkan Abu Dawud dari Abi
Said sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Lailatul Qodar pada malam kedua puluh empat.” Akan tetapi
yang menafsirkan malam-malam ganjil lebih jelas dan lebih masyhur.
Mengenai riwayat-riwayat di atas Imam Syafi’i berkata: “Rasulullah pernah menjawab pertanyaan dari seseorang yang
bertanya padanya:
“Apakah kami harus mencari Lailatul Qodar pada malam tertentu?” Beliau menjawab: “Benar,” sesungguhnya Lailatul Qodar itu merupakan malam tertentu dan tidak berpindah-pindah.”
Dan diriwayatkan dari
Abu Qilabah sesungguhnya dia berkata: “Lailatul Qodar berpindah-pindah pada sepuluh malam terakhir.” Dan inilah yang
paling mendekati kebenaran.
Perkataan ini didasarkan pada hadis yang terdapat pada kitab Shahihain.
Dari Abdullah bin Umar bahwasanya beberapa orang dari sahabat Nabi diperlihatkan Lailatul Qodar melalui mimpi pada malam kedua puluh tujuh dari bulan Ramadhan. Kemudian Rasulullah bersabda: “Aku melihat mimpi kalian itu telah terjadi pada malam tujuh terakhir. Oleh karena itu, barang siapa ingin mencarinya maka hendaklah dia mencarinya pada tujuh malam terakhir.” Dan juga diriwayatkan dari Aisyah sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Carilah Lailatul Qodar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.”
Disunahkan memperbanyak do’a disetiap waktu pada bulan Ramadhan. Dan perbanyaklah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, dan juga pada malam-malam ganjil. Dan do’a yang
disunahkan adalah membaca do’a berikut ini:
“اللَّهُمَّ
إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي”.
“Ya
Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang
menyukai maaf,
karenanya berikan maaf kepadaku.”
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
Abdullah bin Buraidah bawasanya Aisyah pernah berkata: “Wahai Rasulullah, jika aku bisa mendapatkan Lailatul Qodar, do’a apakah yang sebaiknya aku baca?”
Rasulullah menjawab:
“اللَّهُمَّ
إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي”.
Dan
diriwayatkan pula oleh At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah serta Al-Hakim dalam mustadroknya dia berkata: “Hadis ini shahih dengan syarat syaikhani.”
Wallahua’lam.
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah
yang mendapatkan Lailatul Qodar. Aamiin.
Labels
Artikel
No comments:
Post a Comment