5 Wejangan untuk 5 Dedek-Dedek Baru Misykati
Mengutip
sambutan ketua Misykati di malam perkenalan dedek-dedek baru, “Ada dua hal yang
memungkinkan peradaban ini terus berjalan, yaitu seks dan bercerita.” Buat yang
pertama tentu saya tidak akan membahasnya. Mengapa? Pertama, karena pengetahuan
untuk itu belum dibutuhkan saat ini, apalagi masih banyak dari anggota Misykati
yang masih jomblo. Kedua, butuh keseriusan dua kali lipat untuk membahasnya dan
tentunya tidak patut dibahas di laman ini. Jadi, lanjut kepada hal yang kedua
saja, yaitu bercerita.
Bercerita
adalah suatu hal yang membedakan antara manusia dengan binatang. Ia mengandung
banyak makna dan sangat luas ruang lingkupnya. Dengan bercerita terjadi semacam
impresi dan memori yang saling bertaut sehingga memungkinkan peradaban ini
terus berproses. Maka dari itu, demi terciptanya peradaban yang lestari saya
juga akan bercerita, tentang peristiwa di malam sakral perkenalan dedek baru.
***
Hari
raya Idul Adha di Mesir tak ubahnya seperti hari-hari biasa. Sepi menggerayapi
jalanan kota Kairo tanpa adanya takbir keliling. Kios-kios di pasar banyak yang
tutup. Pun dengan suara takbiran di masjid-masjid yang tak sesemarak di
Indonesia. Dalam suasana hening hari lebaran, tiba-tiba gawaiku menyanyikan
lagu Lelaki Kardus –yang sempat ngehits di bulan Juni kemarin. Oh, aku ingat.
Nada itu menunjukan adanya panggilan dari Markas Misykati, yang biasanya
membawa kabar kegiatan.
Benar
juga, ternyata ada undangan untuk menghadiri malam perkenalan dedek baru
Misykati. Biasanya telepon dari Markas sengaja aku –dan kawan lain pastinya—abaikan.
Namun kali ini, setelah sekian lama diselimuti kesunyian lebaran –kecuali pas
ada Real Madrid bertanding— kabar tersebut ibarat cahaya yang datang setelah
kegelapan melanda. Layaknya adat para leluhur, Misykati tidak absen mengadakan
malam perkenalan dedek baru, yang diisi dengan penampilan-penampilan. Berhubung
ada 5 dedek baru, maka ada lima penampilan. Namun apa yang mereka tampilkan di
malam perkenalan ini? Mari kita simak.
1.
Penampilan
pertama dibawakan oleh dedek Wahyudin. Laki-laki asal Tegal ini mempersembahkan
pidato bahasa indonesia. Dalam pidatonya yang menggebu-nggebu, dia mengingatkan
kembali di hadapan para Misykatian akan pentingnya sebuah ilmu. Ada ungkapan
jika mencari ilmu adalah sebuah pohon, kegigihan dan kerja keras adalah pupuk
terbaik. Dalam mencari ilmu dibutuhkan tekad yang kuat dan perjuangan tak
terbatas. “Kita sebagai manusia tanpa ilmu tak ubahnya seperti tengkorak
berjalan, maka sudah seharusnya kita harus mencari ilmu dengan sungguh-sungguh,
apalagi kita sedang berada di Mesir, gudangnya ilmu agama”, begitu tuturnya.
2.
Berlanjut pada
dedek kedua yang berasal darI kota telor asin, Brebes. Dedek yang bernama Fadli
ini mengawali perkenalan dengan curhatannya sebagai seorang yang menderita
setibanya di Kairo. Ya, baru keluar bandara saja ia sudah kehilangan ransel
berisi surat-surat kenangan dengan seorang PI di MAPK. Ditambah lagi persiapan
untuk menimba ilmu di Azhar yang dimilikinya kurang matang dibanding
teman-temannya. Meskipun begitu, di tengah tekanannya blio berterus-terang
selalu dikuatkan dan dinasihati oleh teman sekasurnya, yaitu Mas Daus.
3.
Penampilan
ketiga ada syair berbahasa arab yang dibawakan oleh Binti Rahmawati. Mahasiswi
berasal dari Solo tersebut sebetulnya bukan dedek baru tahun ini. Namun,
mengingat kesakralan malam perkenalan ini, siapa pun yang belum pernah tampil
di malam itu, maka selamanya ia akan ditagih. #Derrr
4.
Di segmen
terakhir yaitu genjrengan yang dibawakan oleh dedek asal Jogja bernama Hasyid
Rasyid dan duo dedek (bukan Serigala). Mereka berdua yaitu Izzati Lathifah asal
kota kenangan –Solo, dan Nabila Qurrota Aini asal Cilacap . Hasyid yang dulunya
sempat menjadi ketua Hasyimi dan departemen kesenian di OPPK ternyata sangat
lihai memetik gitarnya. Terbukti, dua lagu; Humood (Kun Anta) dan Ungu
(Surgamu) berhasil dibawakan dengan emejing.
Setelah
menyaksikan penampilan-penampilan oleh dedek baru, saat mauidzoh hasanah saya
mencatat ada lima pesan yang amat penting bagi kelima dedek baru ini. Dua
diantaranya adalah nasehat dari Ammu Fajar dan tiga lainnya merupakan petuah
sesepuh Misykati, Ammu Islah. Lima pesan tersebut yaitu:
1)
Konsep
kekeluargaan. Salah satu tujuan diadakan malam perkenalan dedek -dedek baru ini
tak lain adalah untuk saling merekatkan kembali aroma persekewanan antar
anggota Misykati. Dan memang dalam mengarungi perantauan ini kalian akan
membutuhkan teman sejati. Teman yang selalu menguatkan ketika terpuruk dan
menggiring ke dalam kebaikan.
Teman-teman MAPK inilah yang nantinya
akan menjadi teman sejati kalian. Maka jangan sia-siakan kehadirannya. Ketika
jatuh sakit misalnya, siapa lagi yang akan merawat kalau bukan teman terdekat
kalian? Dalam penuturanya, “Acara
semacam ini harus terus dilestarikan. Ini adalah simbol sebuah paseduluran. Dan
kalau boleh saya bilang, teman sejati adalah teman SMA. Mungkin banyak teman
dari mulai SD sampai SMP, tapi teman paling sejati –dapat memahami dan mengerti
satu sama lain— adalah teman SMA, utamanya adalah teman sealmamater ini.”
2)
Poin kedua
adalah pemanfaatan waktu. Merupakan bentuk kesempatan yang istimewa kalian
berada di Mesir. Ini adalah kesempatan kalian untuk memanfaatkan waktu sebaik
mungkin dalam rangka menimba ilmu agama. Fenomena yang ada, tidak sedikit para
alumni Azhar yang sudah berada di tanah air masih bingung mengenai referensi
kitab yang mu’tamad. Akhirnya banyak dari mereka menyesali waktu-waktu yang
telah dibuang begitu saja ketika masih di Mesir. Bahkan lebih daripada itu,
Syaikh Usamah dalam sebuah kesempatan beliau menekankan akan perlunya kita
sebagai pelajar mempunyai guru atau syaikh dalam setiap disiplin ilmu. Ini
sangat berguna nantinya ketika sudah berada ditanah air. Semisal ketika kita
ingin mengajarkan sebuah disiplin ilmu agama, maka kredibilitas ilmu yang kita
sampaikan dapat dipertanggungjawabkan. Pun dengan keotentikanya juga lebih
terjaga.
3)
Ilmu
kesadaran. Suatu hal yang ditekankan oleh Ammu Islah diawal mauidzohnya.
Sesuatu yang menurutnya begitu sulit untuk diaplikasikan hingga sekarang. Kesadaran yang dimaksud tak lain merupakan
kesadaran yang meliputi berbagai hal. Sadar ketika sudah sampai di al-Azhar itu
ingin apa. Tujuan utama datang ke sini untuk apa. Sadar dengan kualitas dan
kemampuan diri sendiri. “Sehingga nantinya kalau sudah timbul kesadaran dalam
diri kalian masing-masing, kalian akan mudah memetakan arah tujuan kalian dalam
perantauan ini. Pun dengan urusan mengatur waktu, kalian akan lebih ringan
membagi waktu untuk belajar dan bermain.” begitu tuturnya. Tak hanya itu beliau
juga menyinggung sisi historis Misykati dari tahun ke tahun. Meliputi begaimana
awal mula Misykati terbentuk, kemudian lokasi sekretariat Misykati yang selalu
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain hingga perkembangan
kegiatan-kegiatan Misykati sampai detik ini.
4)
Beliau mengingatkan
untuk lebih cepat beradaptasi dengan kondisi cuaca di Mesir –yang kondisi
temperatur cuacanya sangat berbeda dengan Indonesia. Begitu juga dengan menu
makanan yang ada di Mesir. Meskipun pada mulanya dirasa tidak enak di lidah
namun hal ini sangat penting karena menyangkut kesehatan, utamanya orang yang mempunyai
gejala maag, misalnya.
5)
Dan yang lebih
penting daripada semua itu adalah tentang perbedaan adat ataupun kebiasaan
penduduk Mesir dengan warga Indonesia. Utamanya dalam hal berpakaian, seperti
halnya sarung yang dianggap oleh warga Indonesia sebagai hal yang lumrah,
justru sebaliknya di sini sarung dianggap sebagai pakaian dalam yang tidak
selayaknya dipakai ketika berada di luar rumah. “Maka seyogyanya, kita
sementara memendam dahulu kebiasaan-kebiasaan yang terlihat biasa ketika di
Indonesia namun dianggap aib ketika disini,” jelas beliau.
Setelah
mauidzoh dari Ammu Islah, acara kemudian ditutup dengan doa dari Ilham Azizi
Lc. Selanjutnya acara makan-makan seolah menjadi rukun yang tidak boleh
ditinggalkan. Menu sate sapi baladi buatan Mas Ucup semakin menambah keberkahan
malam Idul Adha kali ini.
Oiya,
ada yang ketinggalan, satu anggota lagi yaitu Muhammad Ilkiya Pradana Arifin,
putra pertama pasangan Mas Thole dan Mbak Rif’ah Nur Avi yang baru saja lahir
tepat pada tanggal 10 september 2016 di Bumi kinanah ini ikut mengisi daftar
anggota baru Misykati. Meskipun belum bisa hadir pada malam perkenalan
dedek-dedek baru Misykati, sudah barang tentu namanya telah dicantumkan sebagai
anggota resmi Misykati. Kami seluruh anggota Misykati mengucapakan selamat atas
kelahiran putra pertama dari pasangan Mas Thole dan Mbak Avi. Tak lupa doa
selalu terpanjatkan dari mulut-mulut kami; Semoga menjadi anak sholeh ya Nak!
Labels
Kemisykatian
No comments:
Post a Comment